Entri Populer

Sabtu, 18 Desember 2010

Peristiwa 20 Desember 1956, Pemutusan Sementara Hubungan Pemerintah Sumatera Utara dengan Pemerintah Pusat.

Saya selaku anak ke 5 dari limabelas bersaudara dari Tuanolo Simanjuntak, Ibu Pinta br Siburian Simatupang, Pensiunan TNI ADA NRP 187672, eks seorang Perwira Pertama pada Staf Umum I Intelijen, Tentera dan Teritorium I Bukit Barisan tahun 1956 di Medan sd Maret 1958 membuat tulisannya atas Peristiwa Pergolakan Daerah di sumatera Utara yang dipimpin oleh Kol. Maludin Simbolon. Tuanolo adalah orang yang diberikan kepercayaan oleh Wakil Kepala Staf TTI Bukit Barisan Mayor Nelang Sembiring dibidang Politik dan Ekonomi, sedangkan di bidang Meliter dipercayakan kepada Perwira lain. Tuanolo memang mengalami peristiwa pergolakan daerah tersebut. kaena terjun seara langsung dibidangnya, bahkan diutus ke Palembang, ke Jakarta untuk melihat situasi dan perkembangan di bidang politik dan ekonomi didaerah-derah lain yang bersifat rahasia, namun ia sendiri tidak mengetahui dan mengerti mengapa Tuanolo selalu diutus oleh Komando TTI untuk melihat dan mengikuti perkembangan-perkembangan yang sedang terjadi pada waktu itu, sampai dengan meletusnya peristiwa pergolakan daerah tersebut oleh Kol. Maludin Simbolon tentang Pemutusan Hubungan Sementara kepada Pemerintah Pusat di Jakarta. Bahkan pada 17 Maret 1958, Tuanolo turut serta bersama Mayor WF Nainggolan (Boyke) bersama-sama dengan para perwira Utama seperti Mayor Henry Siregar selaku Komandan Batalyon Melati di Lapangan Benteng Medan, Wakil Komandan Batalyon Tentetra Baru Pulau Brayan Medan, Kapten F. Tampubolon, Mayor Sahala Hutabarat Komandan Resimen Tapanuli, dll dan membentuk satu Komando bernama: Komando Dipisi Pusuk Buhit yang berkedudukan di Pahae Sarulla.Tuanolo mengetahui, mengalami dan pelaku langsung bersama Boyke Nainggolan, mulai dari Medan sampai kembalinya Komando Dipisi Pusuk Buhit ke Pangkuan Ibu Pertiwi di Soposurung Pasanggrahan di Balige dan penyerahan senjata antara Kolonel Maludin Simbolon kepada Wakil Menteri Pertahanan Kol Gatot Subroto yang disaksikan oleh Letnan Kolonel Manaf Lubis, selaku Panglima Kodam II Bukit Barisan tahun 1961 di Balige. Sebagai Perwira Inteligen, Tuanolo banyak mengetahui sekitar perkembangan bidang militer khususnya perkembangan dari Sumatera Barat dan Tehgah yaitu dari Komando Resimen IV dibawah Pimpinan Letnan Kolonel Ahmad Husein, dan mengetahui bahwa tanggal 4 Desember 1956 ada pertemuan rahasia dikalangan perwira utama termasuk para Kepala Dinas dan Kepala Jawatan diruang rapat Kepala Staf Letnan Kolonel Djamin Gintings. Rapat Rahasia pada tanggal 4 Desember 1956 para perwira utama yang mencetuskan satu IKRAR BERSAMA.

Mengenai sekitar perkembangan sosial dan politik di Sumatera Barat/Tengah, memang sudah kuketahui dari berita-berita pers atau surat kabar, namun hanya sekitar kegiatan politik yang menilai kebijakan Pemerintah Pusat yang kurang menguntungkan rakyat yaitu dibidang ekonomi, dimana dikatakan bahwa kalangan pemuka masyarakat, kaum ninik-mamak telah lahir kesepakatan dengan membentuk satu Dewan Perjuangan yang menuntut perbaikan-perbaikan ekonomi dari Pemerintah Pusat, Letnan Kolonel Ahmad Husein sebagai Komandan Resimen IV melibatkan diri dalam pergolakan tersebut. Perkembangan sosial, politik dan militer yang demikian.Tuanolo mengetahui bahwa kesibukan-kesibukan yang terjadi diruangan Kepala Staf Letnan Kolonel Jamin Gintings maupun di ruangan Panglima Kolonel Maludin Simbolon adalah yang berkaitan dengan terlibatnya Perwira-perwira utama dari Resimen IV dalam bidang sosial dan politik di Sumatera Barat/Tengah.

Kapten Sutan Sitompul sebagai atasannya bahwa renana penugasan ke Palembang untuk Menemui Letnan Kolonel Maraden Panggabean dan Mayor Nawawi adalah adalah bersifat RAHASIA, karena Panglima Kolonel Maludin Simbolon sangat memerlukan gambaran tentang situasi di sana yang meliputi perkembangan sosial, politik dan militer. Tugas berat sebagai Perwira Pertama yang semaksimal mungkin harus dilaksanakan, untuk mengetahui dengan jelas dan akurat, dan hanya dengan waktu dua hari saja sehingga diperlukan kesungguhan dan kejelian Sebagai seorang prajurit Sapta Marga apalagi sebagai seorang perwira, harus loyal menerima penugasan dari perintah atasan.
Tnggal 18 Desember 1956, Mayor Nelang Sembiring menyatakan kepadanya bahwa ia harus berangkat dengan pesawat yang pertama dan menggunakan tiket sipil. Kepergian kesana tidak sebagai dinas militer dan harus berpakaian sipil serta menggunakan surat jalan khusus yang telah dipersiapkan oleh ajudan. Dua pucuk surat dari saya, yang ditujukan kepada masing-masing agar disampaikan langsung ketangan Letnan Kolonel Maraden Panggabean dan satu lagi untuk Mayor TNI A. Nawawi, dan pada tanggal 19 Desember selambat-lambatnya sudah harus kembali dengan pesawat terbang yang terakhir. Hasil kunjungannya secara langsung segera dilaporkan kepada Panglima Kolonel Maludin Simbolon sendiri. Apabila sudah tiba di Medan pada malam harinya, Tuanolo harus melapor secara langsung kerumah Panglima Kolonel Maludin Simbolon. Penugasan Tuanolo sangat penting dan rahasia karena hasilnya diperlukan segera oleh Panglima. Itulah sebabnya Tuanolo harus mengusahakan agar kembali pada waktu yang diminta yaitu tanggal 19 Desember 1956. Segala keperluan seperti tiket, pulang pergi, biaya khusus, surat keterangan jalan dan kedua surat yang akan dibawa, besok pagi akan diserahkan sebelum pukul 07.00 pagi dari Letda Komaruddin Sinaga dirumahnya dan kedua surat tersebut harus dijaga baik-baik jangan sampai tercecer atau jatuh ketangan orang lain. Tujuan kepergian besokpun tidak perlu diberitahukan kepada siapapun terkecuali kepada keluarga sendiri. Sudah terang semuanya...?.Bersambung............